MASIGNASUKAv102
6510051498749449419

Refleksi Sumpah Pemuda Sebagai Hakekat Ujung Tombak Perjuangan

Refleksi Sumpah Pemuda Sebagai Hakekat Ujung Tombak Perjuangan
Add Comments
Rabu, 28 Oktober 2020

 



Dokumen :Blog.modalku.co.id


         Tepat pada tanggal 28 Oktober 2020, menjadi hari dimana sumpah pemuda di peringati. mengingat perjuangan dan semangat para pemuda Indonesia menandakan bahwa nasionalisme bukan hanya milik organisasi-organisasi politik, namun juga milik para pemuda tentunya juga para pelajar dan mahasiswa Indonesia. Sebelumnya, Hari Sumpah Pemuda pertama kali di tetapkan pada 28 oktober  1959. Hal ini di tetapkan oleh pemerintah melalui keppres No. 316 tahun 1959 tanggal 16 desember 1959. Sekarang ini, terdengar suara yang menyempitkan arti kata ‘’pejuang’’. Dalam bukunya Soekarno HattaBukan Proklamator Paksaan pengantar “ Peter Kasenda di sebutkan, pejuang itu bukanlah orang yang memanggul senjata, akan tetapi pejuang itu yang tahu peranan dan porsinya masing-masing’’.

Sebagai bukti, karya dari seniman seperti  W.R. Supratman pengarang dan pencipta lagu kebangsaan Indonesia dengan judul ‘’Indonesia Raya’’ dan lagu kebangsaan ‘’Gugur Bunga’’ karya Ismail Marzuki yang sama-sama mengandung nilai perjuangan. Ini menandakan para pemuda hari ini harus ‘’tahu diri’’, menyadari peran kemampuan dan porsinya masing-masing. Yang semuanya itu mempunyai peranan yang sangat penting demi terciptanya Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI). Sungguh ironis ketika banyak pemuda yang tidak mampu memahami apa makna yang ada dibalik peristiwa sumpah pemuda yang digaungkan ketika kongres pemuda II, bahkan menganggap momen sumpah pemuda sebagai ceremonial belaka. Padahal, pada masa itulah titik awal dimana Bangsa Indonesia di deklarasikan dengan prosesi yang penuh pengorbanan darah, jiwa dan raga, sehingga kita dapat menikmatinya kini.

Apa yang sudah di lakukan pemuda hari ini? Sudahkan meneladani apa yang sudah di lakukan oleh para pejuang kemerdekaan bangsa ini ?Coba kita membuka sejarah yang sering kita dengar, bahkan sama sekali tidak asing terdengar di kedua telinga kita semua. Bambu Runcing yang di gunakan para pejuang dulu menjadi senjata ampuh untuk mengalahkan musuh, pedang dan senjata tradisional lainnya menjadi penentu kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta ini. Harusnya kita renungkan dimana era globalisasi yang semakin mengglobal, memudahkan kita semua mendekatkan kepada suatu hal yang instan yang serba praktis dan pragmatis.

Saya teringat tatkala membaca buku INILAH JIHADKU karya Muhammad Zulfikar Rakhmat. Pada intinya buku itu menceritakan perjuangan seorang bocah difabel yang di lahirkan dengan keterbatasan, tanpa saraf tangan dan ujung lidah yang tidak berfungsi sempurna seperti boneka tanpa nyawa. Ia berjuang bagaimana agar bisa mendapatkan pendidikan di tempat sekolah yang normal. Dan ternyata itu bukanlah mimpi belaka,walaupun cobaan , tantangan dan rintangan terus menghujam, ia berhasil mendapatkan pendidikan normal hingga sampai melanjutkan pendidikannya ke Qatar. Sampai disini bisa kita ambil poin penting. bahwa kita semua yang sehat secara fisik jangan sampai kalah semangat berjuang untuk kemajuan diri dan kemajuan bangsa.

Sebagai pemuda yang isnyaf dan sadar akan tanggung jawab anak bangsa, saya ingin mengajak para pemuda bahwa kita lah pemegang tampuk kepemimpinan kelak, bahwa di tangan kita lah nasib tanah air tercinta ini. Pemuda lah yang harus mencetak sejarah hari ini dan menentukan bagaimana masa depan Indonesia. Sebagaimana di amini oleh Ben Anderson, seorang indonesianis, dalam bukunya java in a time of revolution: Occupation & resistance, bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pergerakan muda.Pemuda merupakan salah satu garda terdepan dalam menentukan arah perubahan suatu bangsa, oleh karena itu marilah kita menyingsingkan lengan, merapatkan barisan dalam mensukseskan visi dan misi para leluhur kita yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan bangsa indonesia. Sangat mustahil perubahan itu kita raih, jika kita hari ini masih berdiam diri. Jangan sampai kita malu entah kapan di pertemukan dengan para pejuang kemerdekaan dan melihat kaum muda hari ini hanya jadi pendiam.

Penulis : Sahabat Muhammad Zuhud Amri

Editor : Luthfi A. Hadi