Sang Penerima Wahyu
Karya: Lutfi Abdul Hadi
Proses turunya wahyu dari langit ternyata tidak seperti dengan apa yang kita kira. Mungkin kebanyakan dari kita mengetahui proses turunya wahyu berangkat dari Malaikat Jibril lalu bertemu dengan Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam yang pada saat itu posisi Beliau berada di Gua Hira’ untuk berkhalwat. Kondisi tersebut memang jelas teruji kevaliditasannya seperti halnya dengan apa yang termaktub dalam Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al – Mubarakfury. Selepas peristiwa di Gua Hira’ tersebut Khadijah mengajak Beliau bertemu dengan Waraqah Bin Naufal bin Asad bin Abdul – Uzza yakni anak dari paman Khadijah itu sendiri. Guna untuk berkonsultasi mengenai apa yang Beliau alami.
Kejadian-kejadian yang dialami Rasulullah pun disampaikan oleh Khadijah dengan diperkuatnya alur cerita mengenai pertemuan Beliau dengan Malaikat Jibril. Waraqah pun terkejut ketika mendengarkan cerita tersebut. Dan Beliau (Waraqah) mengatakan, “Ini adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa. Keadaan tersebut semakin membuat Rasulullah SAW berada dalam kebingungan
Turunnya wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril kepada Rasullah saw pernah mengalami keterputusan. Ibnu Sa’d meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang pada intinya menjelaskan bahwa jangka waktu keterputusaan itu berlangsung beberapa hari. Inilah pendapat superior dan bahkan bisa dipastikan. Pada saat masa-masa terputusnya wahyu, Beliau Rasulullah Saw mengalami kegelisahan yang cukup mendalam.Al – Bukhary meriwayatkan di dalam Kitabut – Ta’bir: Wahyu terputus selang beberapa waktu, Beliau kerap kali pergi ke puncak gunung untuk mengakhiri semuanya.
Kegelisahaan yang menyelimuti kuat diri beliau selalu bergentayangan disetiap saat, rasa ingin suicide pun muncul dengan mudahnya. Akan tetapi setiap kali Beliau ingin menerjunkan diri kedalam jurang muncul bayangan Malaikat Jibril yang berkata kepada Beliau, “Wahai Muhammad engkau adalah benar-benar Rasul Allah.” Setelah itu beliau pasti akan lega kembali karena perjumpaan dengan Malikat Jibril.
Teputusnya wahyu risalah petunjuk dari langit memang mengalami pasang surut layaknya ombak di pesisir jawa. Ibnu Hajar menuturkan, selama wahyu terputus Beliau menginginkan ketakutan dan kegundahannya segera sirna. Selama kejadian itu pula pertanda-pertanda kebenaran terpancar menyinari jagad semesta. Beliau menyadari secara yakin bahwa kini telah menyandang gelar sebagai Nabi Allah Yang Maha Besar dan Tinggi. Beliau pun telah mempercayai apa yang Beliau temui ialah duta dari langit pembawa kabar semesta alam.
Setelah peristiwa tersebut Allah menurunkan surat Al- Muddatsir: 1-5. Hingga saat itu wahyu datang secara berturut-turut.
comment 0 Comments
more_vert