(lustrasi : AI)
Kedudukan mahasiswa sangatlah erat dengan ilmu pengetahun, mahasiswa merupakan bagian elemen masyarakat yang menjadi ujung tombak dari kualitas masyarakat itu sendiri, dengan mengenyam pendidikan mahasiswa tentunya memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda dengan lapisan masyarakat lainnya yang belum dapat mengakses pendidikan lebih lanjut, dan dengan bertambahnya pengetahuan tentu seharusnya peka serta dapat memahami problematika yang terjadi pada masyarakat serta mampu menjadi garda terdepan untuk menganalisis dan mencari solusi melalui pengetahuannya.
 Status
seorang intelektual tentunya harus memiliki sikap yang berbeda karena pada
dasarnya seseorang yang mengetahui suatu kebenaran dan melihat ketidakselarasan
dengan apa yang diketahui. Maka itu menjadi hal yang meresahkan bagi kaum
intelektual, kerena kaum intelektual memiliki pengetahuan yang lebih serta
mampu melihat realitas yang ada. Mahasiswa semestinya cenderung berfikir kritis
serta tidak mudah menerima suatu hal dengan tanpa melakukan analisis yang
mendalam melalui keilmuannya, menjadi mahasiswa pergerakan yakni menjadi
seorang ulul albab atau haus akan ilmu pengetahuan yang di mana rasa
kepenasarannya terhadap pengetahuan atau suatu hal sangatlah mendalam, sehingga
dengan pemikiran yang mendalam mahasiswa dapat menemukan suatu permasalahan dan
mengemukakan gagasannya yang akan menjadi solusi bagi suatu masyarakat. Mengingat
dalam sejarah perubahan tatanan kepemerintahan revolusi, reformasi, dan
perubahan lainnya diawali oleh gerakan kaum intelektual yang mampu menggali
informasi secara mendalam dan menganalisis suatu permasalahan sehingga
muncullah suatu gagasan yang dapat menjadi solusi peroblematika masyarakat. 
Kini bentuk idealisme mahasiswa,
pergerakan/aksi mahasiswa, perjuangan mahasiswa, hanya menjadi jargon semata
melihat relaitas yang ada sudah banyak kasus yang terjadi 4 tahun belakang terakhir
kita melihat fenomena yang baru, di mana kini kaum kaum intelektual terkekang
arah geraknya dalam menggali suatu pengetahuan dan dibatasi gerakannya,
banyaknya kaum akademisi yang dicopot dari jabatannya dengan alasan yang tidak
masuk akal atau tidak memiliki alasan yang pasti terkait pelanggarannya
terhadap sektor akademisi. Namun, kini yang terjadi mahasiswa tidak dapat
memahami problematika yang ada melainkan masih seperti menerka-nerka dalam
kabut yang tak memiliki arah yang di mana seakan mahasiswa sudah tidak memiliki
kemampuan intelgensi dalam menganalisi suatu permasalahan. Berbagai organisasi mahasiswa
kini sudah kehilangan citra dirinya sebagai kaum intelektual yang mengkritisi
atas kebijakan atau keadaan sosial yang ada, banyak dari kalangan mereka
bergerak tanpa tahu arah pergerakannya. Bisa kita sebut sebagai mahasiswa domba
yang mampu digiring bagaimana saja tanpa mengetahui arah yang jelas, yang di mana
mahasiswa seharusnya mampu menganalisis arah geraknya sendiri melalui keilmuan
yang ia miliki. 
Kini banyak gerakan mahasiswa yang dipelopori
oleh sebagian golongan yang memiliki kepentingan, bahkan jika di analisis
secara mendalam sudah sangat jarang sekali gerakan aksi mahasiswa yang tidak ditunggangi
kepentingan suatu golongan. Hal ini mungkin masih tabu dan belum dapat diteliti
secara mendalam. Namun, jika kita mengikuti aksi aksi perhari ini sangat sering
ditemui pemberian reward atas aksinya, dan banyak permintaan tersebut
menjadi rahasia umum yang seringkali ditemui dan dianggap lumrah. Hal
tersebut masih salah satu contoh dari bentuk degradasi intelektual. Kini mahasiswa
malah kembali pada era yang di mana gerakannya berlandaskan asumsi belaka dan
dapat digiring opininya melalui dogma. Banyaknya kerusakan ini tidak lain karena
disebabkan oleh degradasi intelektual, degradasi intelektual ini bukan lagi di
sebabkan oleh defisit gagasan, melainkan hal tersebut terjadi karena defisit
bacaan, di mana minat baca sangatlah rendah dan mahasiwa yang seharusnya
merupakan representatif dari elemen masyarakat yang terus membaca dan menggali
pengetahuan kini sudah tidak berbeda jauh dengan masyarakat yang tidak
berpendidikan yakni malas untuk mencari ilmu pengetahuan dan mencari tahu. 
Mahasiswa kini juga terdistraksi arus
informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan validitasnya. Mereka
cenderung menerima informasi secara mentah dan meciptakan budaya fomo. Menurut Ahmad
Tohari dalam bukunya yang berjudul Orang Orang  Proyek  sekarang mahasiswa cenderung berfikir
pragmatis, sehingga orang orang idealis dan orang berintelektual terlihat aneh,
lucu, dan bahkan terlihat bodoh, yang dirasa orang idealis adalah orang yang
merepotkan dirinya sendiri, anggapan ini terbentuk karena sudah sangat jarang
ditemuinya mahasiswa yang sesungguhnya dan sudah didominasi oleh orang orang
pragmatis. Secara keseluruhan, terdapat perubahan intelektual yang ditandai
dengan penurunan jumlah karya ilmiah yang dihasilkan serta penurunan pemahaman
dan aktivitas intelektual. Mahasiswa menjadi enggan untuk berbeda pendapat,
berdebat, bersaing, dan berambisi untuk maju. Atmosfer nilai-nilai ini
menyebabkan kampus menjadi lebih statis, tanpa adanya inovasi baru dari para
intelektual untuk menemukan teori-teori baru. Dalam hal pemahaman dan gagasan,
mahasiswa cenderung diam, enggan berorasi, turun ke jalan, atau memperjuangkan
kepentingan rakyat. Akibatnya, peran mereka dalam perubahan dipertanyakan, dan
orang bertanya-tanya, ke mana perginya mahasiswa?
Penulis : Muhammad
Fatkhurrokhman
Editor : Asy
Syifa Nabila
 Posted by
Posted by 
comment 0 Comments
more_vert