(Sumber : Google.com)
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah lepas dari komunikasi. Setiap hari kita saling bertegur sapa, berbincang, bercanda, menyampaikan pendapat, dan berinteraksi dalam berbagai situasi, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, bahkan di media sosial. Ucapan adalah cara utama kita menyalurkan ide dan perasaan. Namun, di balik bahasa ucapan, tersimpan tanggung jawab besar, setiap kata dapat membawa kebaikan atau keburukan.
Perkataan yang baik dapat menenangkan hati, menguatkan semangat, dan mempererat hubungan. Sebaliknya, perkataan yang kasar dapat menimbulkan luka, bahkan memutus silaturahmi. Tidak heran bila para ulama menyebut lisan sebagai “penentu keselamatan.” Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa menjaga lisan lebih sulit daripada menjaga anggota tubuh lain, karena lisan bergerak cepat dan sering kali didorong emosi. Allah SWT berfirman,
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
Surah Al-Isra ayat 53.
Ayat ini menegaskan bahwa ucapan yang baik bukan hanya sekadar etika sosial, melainkan perintah langsung dari Allah. Kata-kata yang lembut akan menutup kesempatan bagi setan untuk menyebabkan permusuhan. Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
Riwayat Bukhari dan Muslim
Hadist ini menjelaskan bila perkataan tidak membawa manfaat, diam jauh lebih baik. Diam bukan berarti pasif, melainkan bentuk kehati-hatian agar tidak menyakiti hati orang lain atau menambah dosa.
Di zaman modern, ucapan tidak lagi terbatas pada lisan. Tulisan, komentar, dan unggahan di media sosial juga termasuk “perkataan” yang akan dimintai pertanggungjawaban. Satu kalimat yang kita ketik bisa tersebar luas dan berdampak oleh banyak orang. Karena itu, prinsip berhati-hati dalam berucap juga berlaku ketika kita menulis pesan, membuat status, atau membuat postingan.
Setiap kata adalah cerminan hati. Dengan menjaga lisan, kita menjaga kehormatan diri, memelihara hubungan dengan sesama, dan menaati perintah Allah. Mari biasakan berkata baik atau memilih diam. Sebab, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, keselamatan manusia terletak pada kemampuan menahan lisannya.
Penulis : Asy Syifa Nabila
comment 0 Comments
more_vert