(Docs. Google.com)
Pembaca yang dirahmati Allah, menjalani kehidupan di era modern membuat kita berhadapan dengan ritme aktivitas yang begitu padat. Waktu terasa berjalan lebih cepat, tuntutan pekerjaan terus berdatangan, dan berbagai urusan dunia semakin menyita perhatian. Dalam keramaian kesibukan inilah, rutinitas ibadah sering kali menjadi hal pertama yang tergeser. Padahal, ibadah adalah tiang ketenangan yang justru paling kita butuhkan saat hidup dipenuhi tekanan dan kelelahan.
Ibadah bukan hanya sekadar rangkaian kewajiban, tetapi juga sumber kekuatan yang menjaga hati tetap hidup. Shalat yang terjaga waktunya mampu menjadi jeda yang menenangkan pikiran. Dzikir yang lirih sekalipun dapat menuntun jiwa kembali pada ketenangan. Membaca Al-Qur’an meski hanya beberapa ayat mampu menghangatkan hati yang mulai penat oleh urusan dunia. Begitu banyak kebaikan dalam ibadah, namun sering kali kita lalai merawatnya karena merasa dikejar-kejar oleh waktu.
Di tengah padatnya aktivitas, kita perlu memahami bahwa ibadah tidak harus dilakukan dalam bentuk yang berat atau panjang. Justru, amalan yang ringan namun konsisten itulah yang lebih mudah dirawat dan lebih besar manfaatnya. Beberapa menit untuk shalat tepat waktu, satu-dua kalimat dzikir saat menunggu sesuatu, atau membaca ayat pendek sebelum tidur semua itu adalah langkah-langkah kecil yang dapat menjaga hubungan kita dengan Allah tetap hidup.
Kita diajarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan jasmani sekaligus kebutuhan ruhani. Rutinitas duniawi memenuhi keperluan fisik kita, sedangkan ibadah menghidupkan hati dan membangun kekuatan batin. Ketika dua hal ini berjalan seimbang, hidup menjadi lebih tertata. Pekerjaan terasa lebih ringan, pikiran lebih jernih, dan hati lebih siap menghadapi tantangan apa pun. Inilah tanda bahwa ibadah yang terawat membantu menciptakan keseimbangan dalam kehidupan seorang hamba.
Dari sinilah kita mengerti bahwa merawat rutinitas ibadah bukanlah perkara sepele. Ia adalah pondasi yang menegakkan ketenangan hidup, sebagaimana akar yang kuat menegakkan pohon agar tetap berdiri saat diterpa angin. Ketika seseorang menjaga ibadahnya, Allah akan menjaga hatinya. Dan hati yang terjaga adalah anugerah yang tidak ternilai.
Ibadah yang terpelihara secara konsisten akan memberikan dampak besar dalam kehidupan. Ia membentuk pribadi yang sabar, bijak, dan tenang. Shalat melatih kita untuk disiplin, dzikir mengajarkan kita untuk selalu ingat pada Allah, dan Al-Qur’an memberi arah ketika hidup terasa membingungkan. Setiap ibadah, sekecil apa pun, membawa cahaya yang menerangi perjalanan hidup seorang mukmin.
Maka dari itu, marilah kita kembali merawat rutinitas ibadah kita, mulai dari hal yang paling mudah. Sisihkan waktu sejenak di pagi hari untuk mengingat Allah sebelum memulai aktivitas. Jauhkan diri dari gawai beberapa menit sebelum shalat. Lakukan dzikir ringan di sela-sela kesibukan. Tidak perlu menunggu waktu luang untuk beribadah, karena waktu luang justru akan hadir ketika hati sudah dekat dengan Allah.
Semoga riyadah ini menjadi dorongan bagi kita untuk terus menjaga hubungan dengan Allah meski hidup terasa padat. Semoga Allah melapangkan setiap urusan kita, menenangkan hati-hati yang lelah, dan menjadikan kita hamba yang mampu menjaga ibadah sebagai bagian terpenting dalam hidup. Aamiin.
Penulis : Maulidia Ayu Safrina
Ibadah bukan hanya sekadar rangkaian kewajiban, tetapi juga sumber kekuatan yang menjaga hati tetap hidup. Shalat yang terjaga waktunya mampu menjadi jeda yang menenangkan pikiran. Dzikir yang lirih sekalipun dapat menuntun jiwa kembali pada ketenangan. Membaca Al-Qur’an meski hanya beberapa ayat mampu menghangatkan hati yang mulai penat oleh urusan dunia. Begitu banyak kebaikan dalam ibadah, namun sering kali kita lalai merawatnya karena merasa dikejar-kejar oleh waktu.
Di tengah padatnya aktivitas, kita perlu memahami bahwa ibadah tidak harus dilakukan dalam bentuk yang berat atau panjang. Justru, amalan yang ringan namun konsisten itulah yang lebih mudah dirawat dan lebih besar manfaatnya. Beberapa menit untuk shalat tepat waktu, satu-dua kalimat dzikir saat menunggu sesuatu, atau membaca ayat pendek sebelum tidur semua itu adalah langkah-langkah kecil yang dapat menjaga hubungan kita dengan Allah tetap hidup.
Kita diajarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan jasmani sekaligus kebutuhan ruhani. Rutinitas duniawi memenuhi keperluan fisik kita, sedangkan ibadah menghidupkan hati dan membangun kekuatan batin. Ketika dua hal ini berjalan seimbang, hidup menjadi lebih tertata. Pekerjaan terasa lebih ringan, pikiran lebih jernih, dan hati lebih siap menghadapi tantangan apa pun. Inilah tanda bahwa ibadah yang terawat membantu menciptakan keseimbangan dalam kehidupan seorang hamba.
Dari sinilah kita mengerti bahwa merawat rutinitas ibadah bukanlah perkara sepele. Ia adalah pondasi yang menegakkan ketenangan hidup, sebagaimana akar yang kuat menegakkan pohon agar tetap berdiri saat diterpa angin. Ketika seseorang menjaga ibadahnya, Allah akan menjaga hatinya. Dan hati yang terjaga adalah anugerah yang tidak ternilai.
Ibadah yang terpelihara secara konsisten akan memberikan dampak besar dalam kehidupan. Ia membentuk pribadi yang sabar, bijak, dan tenang. Shalat melatih kita untuk disiplin, dzikir mengajarkan kita untuk selalu ingat pada Allah, dan Al-Qur’an memberi arah ketika hidup terasa membingungkan. Setiap ibadah, sekecil apa pun, membawa cahaya yang menerangi perjalanan hidup seorang mukmin.
Maka dari itu, marilah kita kembali merawat rutinitas ibadah kita, mulai dari hal yang paling mudah. Sisihkan waktu sejenak di pagi hari untuk mengingat Allah sebelum memulai aktivitas. Jauhkan diri dari gawai beberapa menit sebelum shalat. Lakukan dzikir ringan di sela-sela kesibukan. Tidak perlu menunggu waktu luang untuk beribadah, karena waktu luang justru akan hadir ketika hati sudah dekat dengan Allah.
Semoga riyadah ini menjadi dorongan bagi kita untuk terus menjaga hubungan dengan Allah meski hidup terasa padat. Semoga Allah melapangkan setiap urusan kita, menenangkan hati-hati yang lelah, dan menjadikan kita hamba yang mampu menjaga ibadah sebagai bagian terpenting dalam hidup. Aamiin.
Penulis : Maulidia Ayu Safrina
Posted by 

comment 0 Comments
more_vert