MASIGNASUKAv102
6510051498749449419

Sebuah Terobosan Umpan Silang Melawan Life Quarter Crisis (Me Time)

Sebuah Terobosan Umpan Silang Melawan Life Quarter Crisis (Me Time)
Add Comments
Rabu, 30 Juni 2021

 

Sebuah Terobosan Umpan Silang Melawan Life Quarter Crisis (Me Time)

Karya: Lutfi Abdul Hadi



Kesehatan mengenai mental akhir-akhir ini memang menjadi sorotan. Entah mengapa obrolan-obrolan yang berkaitan dengannya enggan dipisahkan dari keseharian kita. Seakan muatan-muatan psikologi seakan membumi secara signifikan. Jujur saja saya turut berbangga dengan pencapaian netizen kali ini. Terlepas dari perilakunya yang sering membuat onar di jagat media.

Belakangan ini istilah-istilah dari psikologi pun mulai familiar di telinga, mulai dari self love, me time, hingga self- self yang lain pun ikut naik daun. Peristiwa seperti ini memang membuat bingung. Ada apa dengan masyarakat kita hari ini. Semua dibuat bertanya-tanya setelah tren- tren positif mulai menjamur di fyp (For Your Page) sosial media kali ini.

Sebenarnya kondisi seperti “Me Time” hari ini tidak usah dibuat pusing. Semua orang memang ada saatnya untuk menikmati waktu sendiri. Jadi nggak usah kaget ketika temanmu kali ini ngomong “Aku pengen Me Time." Me Time adalah kondisi dimana kita meluangkan waktu untuk diri sendiri. Jadi ada moment ketika kita bersosial  dan ada juga moment untuk diri sendiri. 

Namun jangan sampai salah diartikan bahwa Me Time itu asosial atau tidak mau bersosial. Karena “Me Time bukan sepenuhnya untuk menyendiri, akan tetapi ada scene khusus untuk menyendiri. Jadi jangan sampai biang biang su"udzon dibiarkan subur di kepala kita. Mungkin saja teman kita atau kita sendiri lagi sedang mengalami galau yang meradang. Atau sedang tidak mood ,istilah sekarang.

Yang harus perlu kita catat ialah jangan sampai kedok “Me Time” ini malah dibuat suatu alasan untuk lari dari masalah. Ini lah yang mereduksi poin-poin plus dari “ Me Time”. Yang awalnya baik malah menjadi troublemaker.  Seharusnya kita sudah tahulah mana yang harus diambil hikmahnya.

Jika kita perhatikan, sebenarnya banyak manfaat yang dikucurkan dari peristiwa Me Time ini. Salah satunya dan yang paling utama yakni merefleksikan dari. Walaupun ini nampaknya sepele tapi berdampak sangat luas bagi individu tersebut. Hampir sama ketika kita memulai hari dengan menyeruput kopi dan mulai membuka halaman demi halaman di atas pangkuan. Monggo kawan, bisa dirasakan sendiri sensasinya.

Trend-trend positif yang menggandrungi anak urban kali ini mungkin sedikit meresahkan dimata orang-orang yang kurang mengerti tentang keadaan sekitar. Karena dari gelagatnya memang selalu dibuat penasaran. Sudahlah biarkan saja mereka memprioritaskan personalnya untuk keterasingan. Perihal kebutuhan yang tahu memang dirinya. Tugas kita sebagai teman yang budiman ialah mencoba memberikan uluran barangkali dapat membantu kegundahannya.

Perihal life quarter crisis semua orang pernah mengalami atau juga bisa jadi sedang merasakan. Kondisi dimana orang dibuat anxiety semalaman adalah konsumsi yang wajar anak muda kali ini. Bukan karena mereka yang kurang produktif akan tetapi lingkungan mereka yang mau tidak mau membuat kompetisi secara alamiah. Posisi sosial media yang ada digenggaman tanganpun sangat menyumbang besar dalam kasus kali ini.

Kesenjangan produktivitas, kesenjangan gaya hidup, hingga uang saku tampak terlihat jelas.  Ini bukan suatu peristiwa yang wajar  jikalau dibiarkan. Khawatirnya lagi kita malah meresponnya dan berujung dengan tidak mensyukuri nikmat yang diberikan itu malah kebablasan. Sejatinya proses kesuksesan seseorang bukanlah kompetisi, semua mempunyai startnya masing-masing. Gus dur pernah mengatakan: “ Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga”.

Menurut Psikologi Klinis Dewasa, Ilham Anggi Putra, M.Psi, Psikolog, Quarter Life crisis adalah situasi dimana seseorang merasa tidak kukuh pada dirinya sendiri. hal ini muncul karena ada transisi kehidupan di mana orang-orang di sekitarnya mulai memiliki jalannya masing-masing. Sehingga dia mulai membandingkan jalan orang dengan jalan hidupnya sendiri.

Singkatnya Life quarter crisis ini malah membuat insecure kita menjadi superior. Entah karena budaya orang tua kita yang selalu membandingkan kita dengan tetangga kita. Atau juga kita yang terlalu berlebihan dalam merespon kesenjangan prestasi kita. Wallahu a’lam kalau itu. Me time mungkin bisa menjadi solusi dalam mengobati keambyaran kita dalam menerka masa depan.